Senin, 20 April 2015

Artikel 4 Konsep dasar teori psikoanalisis

Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
A.     Kesadaran
          Tingkat kehidupan Mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar menjadi dua tingkat alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1.      Alam tidak sadar : menjadi tempat segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan dialam tidak sadar terus menerus berupaya agar disadari dan kebanyakan berhasil masuk kealam sadar, sekalipun tak muncul dalam bentuk asli. Pikiran – pikiran yang tak disadari ini bisa dan memeang memotivasi manusia. Di alam tidak sadar terjadi pembuatan reaksi yaitu bentuk yang berlebihan dan penuh kepura-puraan.
2.      Alam bawah sadar : Alam bawah sadar ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersipkan orang secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Sumber yang kedua adalah alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk kealam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3.      Alam sadar : yang memainkan peran tak berarti teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yabg setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.

B.     Struktur kepribadian
                  Freud memperkenalkan model struktur kepribadian yang terdiri dari tiga bagian : yaitu (1) id adalah bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tak disadari. Id tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan fungsi id yang dikenal sebagai prinsip kepuasan. (2) Ego dalah salah satunya wilayah yang memiliki kontak dengan realitas. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Wilayah Ego adalah pengambil keputusan dari kepribadian. (3) Super ego adalah wilayah yang mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dari prinsip kesenangan dari id dan prinsip realitas dari ego.   
C.     Mekanisme pertahanan ego
1.      Represi : Mekanisme pertahanan yang paling sada. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk kealam tidak sadar.
2.      Pembentukan reaksi : Salah satu cara agar dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula. Perilaku reaktif ini bisa dikenali dari sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuk yang obsesif juga kompulsif.
3.      Pengalihan : Freud meyakini bahwa pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek tunggal. Namun pada pengalihan orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi.
4.      Fiksasi: Jika seseorang mengalami kecemasan maupun stress biasanya ego akan mengambil strategi  untuk tetap bertahan ditahap psikologis saat ini, yang lebih nyaman. Secara teknis, fiksasi merupakan ketikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebekumnya yang lebih primitif.
5.      Regresi : Pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, dimsas-masa penuh stress dan kecemasan, libido bisa kembali ketahap yang sebelumnya. Langkah mundur ini disebut dengan regresi.
6.      Proyeksi : Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tak diinginkan ke objek eksternal biasanya ke orang lain.
7.      Introyeksi : mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalamn egonya sendiri.
8.      Sublimasi : Sublimasi merupakan represi dari tujuan genital dari eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima baik secara cultural maupun sosial.
   
D.    Perkembangan Psikoseksual
            Bagi freud, empat atau lima tahun pertama atau tahap infantile yaitu anak-anak mempunyai ketertarikan pada alat kelamin mereka, menyuakai kesenangan seksual dan mengungkapkan rangsangan seksual. Pda tahap ini terbagi menjadi fase oral, fase anal dan fase falik. Tahap tersebut dilanjutkan dengan enam sampai tujuh tahun periode laten dimana pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian pada masa puber mulailah kehidupan seksual yaitu tahap genital. Perkembangan psikoseksual kemudian mencapai puncaknya pada kedewasaan.
Penjelasan unsur-unsur terapi:
A.     Munculnya masalah atau gangguan
           Study mengenai hysteria dapat diangap sebagai awal psikoanlisis. Freud berpendapat bahwa dengan abreaksi pasien dapat mencapai akbiat “kartasis” yang sempurna dan dengan demikian bebas dari simtom histertikal. Selanjutnya pengalaman ini akan hilang dari ingatan pasien dalam keadaan normal dan hanya dapat diingat kembali dengan hypnosis. Hysteria adalah gangguan dimana secara spontan menghidupkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau yang traumatik.
B.     Tujuan terapi dan peran terapis
      Menurut freud tujuan utama terapi psikoanalisa adalah untuk mengungkapkan ingatan-ingatan yang direpresikan. merubah apa yang tak sadar menjadi sadar dan terapi bekerja hanya sejauh berada dalam keadaan untuk menghasilkan perubahan itu.
           Pasien diberikan kesempatan untuk dapat mengungkankan segala traumatic events dan keinginann-keinginnan yang ditekan. Waktu ini disebut moment cartasis. Disini pasien diberikan kesempatan atau kebebasan  untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan, sehingga terjadi pengurangan pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Pasien akan seolah-olah sendirian berbicara penuh kebebasan.
            Dalam usaha membantu pasiennya freud memberikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara bebas. Pembicaraan ini diharapkan segala ingatannya yang di repressed, segala kemaunnya yang di repressed, muncul kembali kealam sadarnya membuat rekontruksi baru dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penjelasan teknik-teknik terapi :
1.      Free association : pasien diminta untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa saja yang muncul dalam pikirannya dengan tanpa memperhatikan apakah yang dikemukakan itu tidak relevan atau menjijikan . Tujuan asosiasi bebas adalah untuk mencapai ketidaksadaran dengan bertolak dari pikiran sadar sekarang dan mengikutinya melalaui suatu rentetan asosiasi-asosiasi sampai kemana saja ia membawanya. Proses ini tidak mudah dan beberapa pasien tidak pernah menguasainya.
2.      Analisis mimpi : Teknik analisis mimpi adalah teknik terapeutik yang disukai freud. Dalam menginterpretasikan mimpi , freud akan meminta kepada pasien-pasiennya untuk mengungkapkan suatu mimpi dan semua pikiran yang berkaitan dengannya. Selain meminta asoiasi-asosiasi dari orang yang bermimpi, freud menggunakan simbolisme untuk menginterpretasikan mimpi. Meskipun ia akanmengemukakan kemungkinan arti dari symbol-simbol itu, pasien harus menerima interpretasi symbol-simbol itu dan membuat asosiasi tambahan terhadap gambaran-gambaran mimpi.
3.      Analisis trasnsference : Transferensi adalah perasaan seksual atau agresif yang kuat positif atau negative yang dikembangkan pasien terhadap analisanya selama perawatan. Perasaan transferensi diperoleh terapis dan hanya dipindahkan kepadanya dari pengalaman pasien sebelumnya, biasanya pengalaman dengan orangtuanya. Dengan kata lain perasaan pasien terhadap terapis adalah sama dengan perasaan sebelumnya terhadap salah satu atau kedua orang tua. Sejauh perasaan ini memanifestasikan dirinya sebagai perhatian atau cinta ( transferensi positif) maka transferensi tidak menggangu proses perawatan. Bahkan menjadai bagian yang berpengaruh terhadap proses terapeutik. Transferensi poritif memungkinkan pasien untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dalam iklim perawatan analitik yang tidak mengancam. Akan tetapi transferensi negative dalam bentuk permusuhan harus diketahui terapis dan menjelaskan kepada pasien suapaya ia dapat mengatasi setiap resistensi terhadap perawatan.
4.      Analisis resisten : resistensi yang mengacu pada macam-macam respon tak sadar yang digunakan pasien untuk menghambat kemajuannya sendiri dalam terapi dapat dilihat sebagai tanda positif karena menunjukan terapi telah berkembang melebihi bahan yang dangkal. 

Referensi :
1.      Semiu, Y. 2006. Teori kepribadian dan teori psikoanalitik freud. Yogyakarta : Kansius
2.      Feis, J. & Feist, G. 2009. Teori kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar