Jumat, 17 April 2015

Artikel 3 Person centered therapy

Teori Rogers  adalah adalah teori yang berpusat pada pribadi. Rogers mengembangkan person centered therapy pada tahun 1940-1950-an. Ini adalah pendekatan non-directive.               “Directive” disini berarti setiap perilaku terapis dengan sengaja mengarahkan klien dengan berbagai cara. Dengan cara mengajukan pertanyaan, menawarkan pertolongan, membuat interpretasi dan diagnosis.
            Terapy person centered membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan mincptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.  Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. 
            Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses person centered therapy yang harus dipenuhi  oleh terapis. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika :
1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
2.  Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakan dirinya kearah kematangan (kedewasaan) serta independensi,  dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
3.  Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
4.   Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap ( misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginananya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi tetapi tetap mempertahankan jadwal semula.
5.    Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukakannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasan-perasaan pasien.
6.  Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasehatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.
            Berikut ini hal yang dilakukan dalam terapis person centered therapy :
1.    Mendengarkan dan mencoba memahami bagaimana permasalahan itu terjadi dari sudut pandang klien.
2.      Memastikan jika pemahaman kita terhadap masalah klien tidak benar.
3.      Perlakukan klien dengan respek dan hormat.
4.   Terapis harus lah bersikap transparan terhadap permasalahan klien. Terapis haruslah membuka diri dan bersedia membagi apa yang dia ketahui.
            Dalam beberapa puluh tahun penelitian , pendekatan person centered sangatlah efektif. Selain itu, penelitian terbaru telah menunjukan bahwa variabel yang paling signifikan dalam efektivitas sebuah terapi adalah aspek menciptakan hubungan antara terapis dengan klien. Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecendrungan yang melekat pada semua orang (dan pada semua organisme) untuk mengembakan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-caranya dengan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang tersebut.  

Referensi :
Arif, A. 2014. Resource therapy : Ego state terapy of Gordon Emmerson. Jakarta : Spasi Media 

Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kansius 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar