Senin, 20 April 2015

Artikel 6 Konsep Carl Rogers

Konsep Carl Rogers tentang prilaku atau kepribadian
            Konsep dasar teori Carl Rogers adalah bahwa manusia mempunyai beberapa derajat pilihan bebas dan kapasitas untuk mengarahkan diri. Ia mengakui bahwa sebagian dari prilaku manusia dikontrol, dapat diprediksi, dan berjalan sesuai dengan hukum atau aturan yang berlaku, tetapi ia beragumen bahwa nilai-nilai dan pilihan yang pentinbg berada dalam lingkup control personal. Ia juga melihat bahwa pada dasarnya manusia mempunyai sikap optimis, bergerak maju sehingga dalam kondisi yang memadai, mereka akan bertumbuh menuju aktualisasi diri.
Unsur-unsur terapi
A.     Munculnya masalah atau gangguan
Meskipun kapasitas manusia untuk melakukan kejahatan sangat besar namun pada dasarnya manusia dapat dipercaya, bersosialisasi, dan konstruktif. Mereka biasanya tahu apa yang terbaik untuk diri mereka dan akan berusaha untuk menjadi untuh dengan syarat mereka dihargai dan dimengeri oleh orang lain yang sehat, Akan tetapi Rogers juga menyadari bahwa manusia dapat menjadi brutal, sadis dan neurotic.
B.     Tujuan terapi dan peran terapis
            membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan mincptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.  Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. 
            Peran terapis dalam terapi adalah :
1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
2.      Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakan dirinya kearah kematangan (kedewasaan) serta independensi,  dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
3.      Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
4.      Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap ( misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginananya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi tetapi tetap mempertahankan jadwal semula.
5.      Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukakannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasan-perasaan pasien.
Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasehatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.

Metode-metode dalam person centered Therapy
1.      Mendengarkan dan mencoba memahami bagaimana permasalahan itu terjadi dari sudut pandang klien.
2.      Memastikan jika pemahaman kita terhadap masalah klien tidak benar.
3.      Perlakukan klien dengan respek dan hormat.
4.      Terapis harus lah bersikap transparan terhadap permasalahan klien. Terapis haruslah membuka diri dan bersedia membagi apa yang dia ketahui.

Referensi :

1.      Feis, J. & Feist, G. 2010. Teori kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika.
2.      Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kansius


Artikel 4 Konsep dasar teori psikoanalisis

Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
A.     Kesadaran
          Tingkat kehidupan Mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar menjadi dua tingkat alam tidak sadar dan alam bawah sadar.
1.      Alam tidak sadar : menjadi tempat segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Alam tidak sadar bukan berarti bersifat tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan dialam tidak sadar terus menerus berupaya agar disadari dan kebanyakan berhasil masuk kealam sadar, sekalipun tak muncul dalam bentuk asli. Pikiran – pikiran yang tak disadari ini bisa dan memeang memotivasi manusia. Di alam tidak sadar terjadi pembuatan reaksi yaitu bentuk yang berlebihan dan penuh kepura-puraan.
2.      Alam bawah sadar : Alam bawah sadar ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber yaitu pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersipkan orang secara sadar dalam waktu singkat akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain. Sumber yang kedua adalah alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk kealam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi baik dalam bentuk mimpi, salah ucap, ataupun dalam bentuk pertahanan diri yang kuat.
3.      Alam sadar : yang memainkan peran tak berarti teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yabg setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih.

B.     Struktur kepribadian
                  Freud memperkenalkan model struktur kepribadian yang terdiri dari tiga bagian : yaitu (1) id adalah bagian inti dari kepribadian yang sepenuhnya tak disadari. Id tak punya kontak dengan dunia nyata, tetapi selalu berupaya untuk meredam ketegangan dengan cara memuaskan hasrat-hasrat dasar. Ini dikarenakan fungsi id yang dikenal sebagai prinsip kepuasan. (2) Ego dalah salah satunya wilayah yang memiliki kontak dengan realitas. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Wilayah Ego adalah pengambil keputusan dari kepribadian. (3) Super ego adalah wilayah yang mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralitas dan idealis yang berbeda dari prinsip kesenangan dari id dan prinsip realitas dari ego.   
C.     Mekanisme pertahanan ego
1.      Represi : Mekanisme pertahanan yang paling sada. Manakala ego terancam oleh dorongan-dorongan id yang tidak dikehendaki, ego melindungi dirinya dengan merepresi dorongan-dorongan tersebut dengan cara memaksa perasaan-perasaan mengancam masuk kealam tidak sadar.
2.      Pembentukan reaksi : Salah satu cara agar dorongan yang ditekan tersebut bisa disadari adalah dengan cara menyembunyikan diri dalam selubung yang sama sekali bertentangan dengan bentuk semula. Perilaku reaktif ini bisa dikenali dari sifatnya yang berlebih-lebihan dan bentuk yang obsesif juga kompulsif.
3.      Pengalihan : Freud meyakini bahwa pembentukan reaksi terbatas hanya pada satu objek tunggal. Namun pada pengalihan orang bisa mengarahkan dorongan-dorongan yang tak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek sehingga dorongan aslinya terselubung atau tersembunyi.
4.      Fiksasi: Jika seseorang mengalami kecemasan maupun stress biasanya ego akan mengambil strategi  untuk tetap bertahan ditahap psikologis saat ini, yang lebih nyaman. Secara teknis, fiksasi merupakan ketikatan permanen dari libido pada tahap perkembangan sebekumnya yang lebih primitif.
5.      Regresi : Pada saat libido melewati tahap perkembangan tertentu, dimsas-masa penuh stress dan kecemasan, libido bisa kembali ketahap yang sebelumnya. Langkah mundur ini disebut dengan regresi.
6.      Proyeksi : Manakala dorongan dari dalam menyebabkan kecemasan yang berlebihan, ego biasanya mengurangi rasa cemas tersebut dengan mengarahkan dorongan yang tak diinginkan ke objek eksternal biasanya ke orang lain.
7.      Introyeksi : mekanisme pertahanan dimana seseorang meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalamn egonya sendiri.
8.      Sublimasi : Sublimasi merupakan represi dari tujuan genital dari eros dengan cara menggantinya ke hal-hal yang bisa diterima baik secara cultural maupun sosial.
   
D.    Perkembangan Psikoseksual
            Bagi freud, empat atau lima tahun pertama atau tahap infantile yaitu anak-anak mempunyai ketertarikan pada alat kelamin mereka, menyuakai kesenangan seksual dan mengungkapkan rangsangan seksual. Pda tahap ini terbagi menjadi fase oral, fase anal dan fase falik. Tahap tersebut dilanjutkan dengan enam sampai tujuh tahun periode laten dimana pertumbuhan seksual tidak atau sedikit terjadi. Kemudian pada masa puber mulailah kehidupan seksual yaitu tahap genital. Perkembangan psikoseksual kemudian mencapai puncaknya pada kedewasaan.
Penjelasan unsur-unsur terapi:
A.     Munculnya masalah atau gangguan
           Study mengenai hysteria dapat diangap sebagai awal psikoanlisis. Freud berpendapat bahwa dengan abreaksi pasien dapat mencapai akbiat “kartasis” yang sempurna dan dengan demikian bebas dari simtom histertikal. Selanjutnya pengalaman ini akan hilang dari ingatan pasien dalam keadaan normal dan hanya dapat diingat kembali dengan hypnosis. Hysteria adalah gangguan dimana secara spontan menghidupkan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau yang traumatik.
B.     Tujuan terapi dan peran terapis
      Menurut freud tujuan utama terapi psikoanalisa adalah untuk mengungkapkan ingatan-ingatan yang direpresikan. merubah apa yang tak sadar menjadi sadar dan terapi bekerja hanya sejauh berada dalam keadaan untuk menghasilkan perubahan itu.
           Pasien diberikan kesempatan untuk dapat mengungkankan segala traumatic events dan keinginann-keinginnan yang ditekan. Waktu ini disebut moment cartasis. Disini pasien diberikan kesempatan atau kebebasan  untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan, sehingga terjadi pengurangan pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Pasien akan seolah-olah sendirian berbicara penuh kebebasan.
            Dalam usaha membantu pasiennya freud memberikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara bebas. Pembicaraan ini diharapkan segala ingatannya yang di repressed, segala kemaunnya yang di repressed, muncul kembali kealam sadarnya membuat rekontruksi baru dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Penjelasan teknik-teknik terapi :
1.      Free association : pasien diminta untuk mengungkapkan dengan kata-kata apa saja yang muncul dalam pikirannya dengan tanpa memperhatikan apakah yang dikemukakan itu tidak relevan atau menjijikan . Tujuan asosiasi bebas adalah untuk mencapai ketidaksadaran dengan bertolak dari pikiran sadar sekarang dan mengikutinya melalaui suatu rentetan asosiasi-asosiasi sampai kemana saja ia membawanya. Proses ini tidak mudah dan beberapa pasien tidak pernah menguasainya.
2.      Analisis mimpi : Teknik analisis mimpi adalah teknik terapeutik yang disukai freud. Dalam menginterpretasikan mimpi , freud akan meminta kepada pasien-pasiennya untuk mengungkapkan suatu mimpi dan semua pikiran yang berkaitan dengannya. Selain meminta asoiasi-asosiasi dari orang yang bermimpi, freud menggunakan simbolisme untuk menginterpretasikan mimpi. Meskipun ia akanmengemukakan kemungkinan arti dari symbol-simbol itu, pasien harus menerima interpretasi symbol-simbol itu dan membuat asosiasi tambahan terhadap gambaran-gambaran mimpi.
3.      Analisis trasnsference : Transferensi adalah perasaan seksual atau agresif yang kuat positif atau negative yang dikembangkan pasien terhadap analisanya selama perawatan. Perasaan transferensi diperoleh terapis dan hanya dipindahkan kepadanya dari pengalaman pasien sebelumnya, biasanya pengalaman dengan orangtuanya. Dengan kata lain perasaan pasien terhadap terapis adalah sama dengan perasaan sebelumnya terhadap salah satu atau kedua orang tua. Sejauh perasaan ini memanifestasikan dirinya sebagai perhatian atau cinta ( transferensi positif) maka transferensi tidak menggangu proses perawatan. Bahkan menjadai bagian yang berpengaruh terhadap proses terapeutik. Transferensi poritif memungkinkan pasien untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak dalam iklim perawatan analitik yang tidak mengancam. Akan tetapi transferensi negative dalam bentuk permusuhan harus diketahui terapis dan menjelaskan kepada pasien suapaya ia dapat mengatasi setiap resistensi terhadap perawatan.
4.      Analisis resisten : resistensi yang mengacu pada macam-macam respon tak sadar yang digunakan pasien untuk menghambat kemajuannya sendiri dalam terapi dapat dilihat sebagai tanda positif karena menunjukan terapi telah berkembang melebihi bahan yang dangkal. 

Referensi :
1.      Semiu, Y. 2006. Teori kepribadian dan teori psikoanalitik freud. Yogyakarta : Kansius
2.      Feis, J. & Feist, G. 2009. Teori kepribadian edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika.


Artikel 5 konsep dasar teori humanistik eksistensial

Konsep dasar teori Humanistik eksistensial
A. Perilaku atau kepribadian
1. Kesadaran diri
            Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
            Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
3. Penciptaan Makna
            Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.

Penjelasan dari unsur-unsur terapi
A.        Munculnya masalah atau gangguan
                Terapi Eksistensial Humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak. Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu, Pendekatan ini mengurangi tekanan pada tekniknya dan prioritas diberikan untuk memahami dunia atau kehidupan klien. Karena menurut pendekatan ini apabila mendekati manusia hanya dalam hal teknik sama dengan memanipulasi mereka dan hal tersebut bertentangan dengan eksistensi itu sendiri.
B.     Tujuan terapi dan peran terapis
Tujuan terapi eksistensial adalah:
  1. Menyajikan kondisis-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan klien.
  2. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
  3. Membantu klien menemukan dan menggunkan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  4. Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.

Peran terapis adalah:
1.    Konselor membantu klien dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
2.      Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meneliti sumber dan otoritas dari sistem mereka
3.     Klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunnya dengan jalan yang konkrit.

Penjelasan dari teknik- teknik dalam aliran humanistic eksistensial.
          Teknik –teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu :
1.      Penerimaan
2.      Rasa hormat
3.      Memahami
4.      Menentramkan
5.      Memberi dorongan
6.      Pertanyaan terbatas
7.      Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8.      Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

Referensi :


2.      Corey, G. (2007). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Jumat, 17 April 2015

Artikel 3 Person centered therapy

Teori Rogers  adalah adalah teori yang berpusat pada pribadi. Rogers mengembangkan person centered therapy pada tahun 1940-1950-an. Ini adalah pendekatan non-directive.               “Directive” disini berarti setiap perilaku terapis dengan sengaja mengarahkan klien dengan berbagai cara. Dengan cara mengajukan pertanyaan, menawarkan pertolongan, membuat interpretasi dan diagnosis.
            Terapy person centered membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan mincptakan kondisi-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik.  Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien. 
            Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses person centered therapy yang harus dipenuhi  oleh terapis. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respon jika :
1.      Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri.
2.  Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakan dirinya kearah kematangan (kedewasaan) serta independensi,  dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri.
3.  Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya.
4.   Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap ( misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginananya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi tetapi tetap mempertahankan jadwal semula.
5.    Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukan pemahaman dan penerimannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukakannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasan-perasaan pasien.
6.  Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasehatkan, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.
            Berikut ini hal yang dilakukan dalam terapis person centered therapy :
1.    Mendengarkan dan mencoba memahami bagaimana permasalahan itu terjadi dari sudut pandang klien.
2.      Memastikan jika pemahaman kita terhadap masalah klien tidak benar.
3.      Perlakukan klien dengan respek dan hormat.
4.   Terapis harus lah bersikap transparan terhadap permasalahan klien. Terapis haruslah membuka diri dan bersedia membagi apa yang dia ketahui.
            Dalam beberapa puluh tahun penelitian , pendekatan person centered sangatlah efektif. Selain itu, penelitian terbaru telah menunjukan bahwa variabel yang paling signifikan dalam efektivitas sebuah terapi adalah aspek menciptakan hubungan antara terapis dengan klien. Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecendrungan yang melekat pada semua orang (dan pada semua organisme) untuk mengembakan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-caranya dengan berfungsi untuk meningkatkan kemampuan orang tersebut.  

Referensi :
Arif, A. 2014. Resource therapy : Ego state terapy of Gordon Emmerson. Jakarta : Spasi Media 

Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kansius 

Artikel 2 Terapi humanistik eksistensial

           Terapi Humanistic Eksistensial memusatkan perhatian pada pengalaman-pengalaman sadar. Tetapi teori ini juga lebih memusatkan perhatian pada apa yang dialami pasien pada masa sekarang “di sini dan kini” dan bukan pada masa lampau. Tetapi ada juga persamaan antara terapi psikodinamik dan terapi humanistic eksistensial yakni, keduanya menekankan bahwa peristiwa-peristiwa dan pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi tingkah laku dan perasaan-perasaan individu sekarang, dan keduanya juga berusaha memperluas pemahaman diri dan kesadaran pasien.
            Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik adalah hubungan dengan klien. Kualitas dua orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Pada terapi humanistic-eksistensial tidak ada teknik khusus.
            Pendekatan eksistensial tidak seperti kebanyakan terapi lainnya yang hanya berorientasi pada tekniknya saja. Pendekatan ini mengurangi tekanan pada tekniknya dan prioritas diberikan untuk memahami dunia atau kehidupan klien. Karena menurut pendekatan ini apabila mendekati manusia hanya dalam hal teknik sama dengan memanipulasi mereka dan hal tersebut bertentangan dengan eksistensi itu sendiri.
            Tujuan terapi eksistensial adalah:
  1. Menyajikan kondisis-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan klien.
  2. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi.
  3. Membantu klien menemukan dan menggunkan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  4. Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri.
Teknik –teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu :
1.      Penerimaan
2.      Rasa hormat
3.      Memahami
4.      Menentramkan
5.      Memberi dorongan
6.      Pertanyaan terbatas
7.      Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
8.      Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien
9.      Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna
Refrensi :
1.      Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kansius

Artikel 1 Terapi Psikoanalisa

                Psikoanalisis telah mencul sebagai metode penyembuhan dan bukan hanya sekedar  sebagai teori kepribadian. Istilah psilkoanalisa masih dipergunakan sebgai teknik pengobatan untuk berbagai  jenis penyakit tertentu.
            Terapi psikoanalisa adalah metode terapi berdasarkan konsep Freud. Tujuan psikoanalisa adalah menyadarkan individu akan konflik yang tidak disadarainya dan mekanisme pertahanan yang digunakannya untuk mengendalikan kecemasannya. Hal yang paling penting dalam terapi ini untuk mengatasi hal-hal yang menekan pasien. Metode ini dilakukan pada saat pasien skizofrenia sedang “kambuh”. Macam terapi psikoanalisa yang dapat dilakukan adalah asosiasi bebas.
            Pada teknik terapi ini, penderita didorong untuk  membebaskan pikiran dan perasaan dan mengacaukan apa saja yang ada dalam pikirannya. Pada teknik ini, penderita didukung untuk bisa berada dalam kondisi rileks baik fisik maupun mental dengan cara tidur di sofa.  Ketika pasien dinyatakan sudah pada keadaan rileks, maka pasien harus mengungkapkan hal yang dipikirkan pada saat itu secara verbal.  Pada saat pasien tidur di sofa dan disuruh menyebutkan berbagai macam pikiran dan masalah yang ada dibenaknya maka pasien mengalami blocking. Maka hal ini merupakan manifestasi dari keadaan kelebihan tekanan. Hal yang ditekan biasanya berhubungan dengan dorongan vital seperti seksual dan agresi.
            Tekanan (Represi) anger dan hostile merupakan salah satu bentuk intrapsikis yang bisa menyebabkan blocking. Menurut Freud, apabila terjadi blocking dalam proses asosiasi bebas, maka pasien akan melakukan analisis. Hasil analisisnya akan menimbulkan insight. Analisis waktu terjadinya blocking bertujuan agar pasien mampu menempatkan konfliknya lebih proposional, sehingga pasien mengalami suatu proses penurunan ketegangan dan pasien lebih toleran terhadap konflik yang dialaminya.
            Pasien diberikan kesempatan untuk dapat mengungkankan segala traumatic events dan keinginann-keinginnan yang ditekan. Waktu ini disebut moment cartasis. Disini pasien diberikan kesempatan atau kebebasan  untuk mengeluarkan uneg-uneg yang ia rasakan, sehingga terjadi pengurangan pelibatan emosi dalam menyelesaikan masalah yang dialaminya. Pasien akan seolah-olah sendirian berbicara penuh kebebasan.
            Dalam usaha membantu pasiennya freud memberikan kesempatan kepada pasien untuk berbicara bebas. Pembicaraan ini diharapkan segala ingatannya yang di repressed, segala kemaunnya yang di repressed, muncul kembali kealam sadarnya membuat rekontruksi baru dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 
            Dalam teknik asosiasi bebas ini terdapat 2 proses transference (pemindahan), yaitu suatu keadaan dimana pasien menempatkan terapis sebagai figure substitusi dari figure yang sebenarnya menimbulkan masalah bagi pasien.
1.      Tranference positif, yaitu apabila terapis menggantikan figure yang disukai oleh pasien.
2.      Transference negative, yaitu terapis menggantikan figure yang dibenci oleh pasien.
              Dari uraian tersebut terapi psikoanalisa bukanlah terapi yang pasif. bahwa terapi ini bukan sekedar mengarahkan pembicaraan pasien dan terapis hanya mendengarkan namun pasien sendirilah yang mengarahkan pembicaraannya dan akan menemukan ketenangan dari masalah yang ditekannya dialam bawah sadar dengan dibantu sedikit campur tangan atau ikut sertanya tenaga-tenaga yang professional. Sehingga pasien dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya yang baru.


Referensi :
Ali, M. 2007. ILMU DAN APLIKASI PENDIDIKAN Bagian I: Ilmu Pendidikan Teoretis. Jakarta: PT Imtima
Fdhli. A. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta : Galangpress.