Jumat, 20 Maret 2015

artikel 3

Artikel 3 Perbedaan antara psikoterapi dan konseling
Banyak orang menganggap bahwa psikoterapi dan konseling itu sama atau menganggap bahwa dalam psikoterapi pasti terdapat konseling namun sebenarnya antara psikoterapi dengan konseling sangatlah beberbeda. Berikut uraian mengenai perbedaan psikoterapi dengan konseling:
Konseling
1.     Dalam konseling penerapannya lebih bersifat praktis, dapat dilakukkan setiap hari dan cenderung lebih kepada mencari pemecahan masalah.
2.     Konseling berkaitan dengan pemberian nasehat.
3.    Dapat dilakukan semua orang mulai dari pemuka agama sampai ke konselor professional. Namun ada baiknya carilah konselor yang professional agar terjalin konseling yang lebih formal.
4.     Konseling lebih kearah percakapan yang membahas suatu masalah antara konselor dengan kli
5.   Ada kontrak dalam konseling, maksudnya pertemuan antara konselor dan terapis harus dibatasi tidak bisa berjangka lama. Untuk mengahindari hubungan yang erat diluar proses konseling.
6.     Konselor lebih fokus kearah mendengarkan masalah klien.
7.   Untuk masalah yang sangat serius tidak dapat diatasi hanya dengan konseling perlu dengan upaya lain.
Psikoterapi
1.      Dalam psiloterapi penerapannya dapat dilakukan dalam jangka panjang dan lebih mendalam.
2.      Psikoterapi berkaitan dengan penyakit klinis atau mental.
3.    Berbeda dengan konseling yang bisa dilakukan oleh semua orang, pada psikoterapi orang yang  menangani haruslah orang yang berkualitas dan profesional dibidangnya.
4.  Psikoterapi menggunakan teknik khusus dalam penerapannya biasanya yang lebih banyak digunakan adalah teknik psikologi Freudian dimana berpusat pada ketidaksadaran.  
5.      Tidak ada kontrak dalam psikoterapi, jika dirasa telah lebih tenang biasanya terapi disudahi tidak dilanjutkan dan dapat datang kembali jika masalah itu muncul lagi.
6.    Tergantung jenis terapi jika menggunakan teknik psikoanalisa menitikberatkan pada pikiran tak sadar bahwa pasien dapat leluasa mengungkapkan masalahnya yang tersimpan didalam alam bawah sadarnya, kognitif menitikberatkan pada pola-pola pikiran, humanistic menitikberatkan pada respon-respon emosional negative atau behavior menitikberatkan pada perubahan tingkah laku.
7.      Dapat menjadi salah satu alternative untuk masalah yang cukup serius.

Pendekatan terhadap mental illness
Menurut J.P.Chaplin pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, yaitu :
A.    Biological
Meliputi keadaan mental organic, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
B.     Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk. Sekuel pasca-traumatic, kesedihan ynag terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran, dan respon emosisonal penuh stress yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu beribteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
C.     Sosiological
Meliputi kesukaran pada system dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangan kondisi sosio-budaya tertentu.
D.    Philosopic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar filsafatnya tetap ada yakni menghargai system nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan. 
                                         Bentuk-Bentuk Terapi
Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu : Supportive, reeducative, dan reconstructive.

1. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy) adalah bentuk psikoterapi yang memberikan dukungan kepada pasien yang berada dalam keadaan krisis atau trauma psikologis yang mempunyai tujuan untuk :
            a.Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
            b.Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
            c.Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.

Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya :
  • Bimbingan (Guidance)
  • Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
  • Pengutaraan dan penyaluran arah minat
  • Tekanan dan pemaksaan
  • Penebalan perasaan (Desensitization)
  • Penyaluran emosional
  • Sugesti
  • Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)
  • Ventilasi; member kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengungkapkan ke isi hatinya sehingga membuatnya lega.
Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian. 

2. Penyembuhan Redukatif (Reeducative Therapy)
            Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
            a. Penyembuhan sikap (attitude therapy)
            b. Wawancara (interview psychtherapy)
            c. Penyembuhan terarah (directive therapy)
            d. Psikodrama, dll

3.Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
            Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertumbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
            a. Psikoanalisis
            b. Pendekatan transaksional (transactional therapy)
            c. Penyembuhan analitik berkelompok bisa bersifat homogen atau heterogen.

          









Referensi :
1.     Morrison, paul & Burnard, Philip .1997. Caring and Communicating : the interpersonal relationship in nursing, 2nd ed. New York : Palgrave
3.      Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

artikel 2

Perbedaan antara psikoterapi dan konseling
Banyak orang menganggap bahwa psikoterapi dan konseling itu sama atau menganggap bahwa dalam psikoterapi pasti terdapat konseling namun sebenarnya antara psikoterapi dengan konseling sangatlah beberbeda. Berikut uraian mengenai perbedaan psikoterapi dengan konseling:
Konseling
1.     Dalam konseling penerapannya lebih bersifat praktis, dapat dilakukkan setiap hari dan cenderung lebih kepada mencari pemecahan masalah.
2.     Konseling berkaitan dengan pemberian nasehat.
3.    Dapat dilakukan semua orang mulai dari pemuka agama sampai ke konselor professional. Namun ada baiknya carilah konselor yang professional agar terjalin konseling yang lebih formal.
4.     Konseling lebih kearah percakapan yang membahas suatu masalah antara konselor dengan klien.
5.    Ada kontrak dalam konseling, maksudnya pertemuan antara konselor dan terapis harus dibatasi  tidak bisa berjangka lama. Untuk mengahindari hubungan yang erat diluar proses konseling.
6.     Konselor lebih fokus kearah mendengarkan masalah klien.
7.   Untuk masalah yang sangat serius tidak dapat diatasi hanya dengan konseling perlu dengan upaya  lain.
Psikoterapi
1.   Dalam psiloterapi penerapannya dapat dilakukan dalam jangka panjang dan lebih mendalam.
2.   Psikoterapi berkaitan dengan penyakit klinis atau mental.
3.  Berbeda dengan konseling yang bisa dilakukan oleh semua orang, pada psikoterapi orang yang   menangani haruslah orang yang berkualitas dan profesional dibidangnya.
4.  Psikoterapi menggunakan teknik khusus dalam penerapannya biasanya yang lebih banyak digunakan adalah teknik psikologi Freudian dimana berpusat pada ketidaksadaran.  
5.  Tidak ada kontrak dalam psikoterapi, jika dirasa telah lebih tenang biasanya terapi disudahi tidak dilanjutkan dan dapat datang kembali jika masalah itu muncul lagi.
6.  Tergantung jenis terapi jika menggunakan teknik psikoanalisa menitikberatkan pada pikiran tak sadar bahwa pasien dapat leluasa mengungkapkan masalahnya yang tersimpan didalam alam bawah sadarnya, kognitif menitikberatkan pada pola-pola pikiran, humanistic menitikberatkan pada respon-respon emosional negative atau behavior menitikberatkan pada perubahan tingkah laku.
7.  Dapat menjadi salah satu alternative untuk masalah yang cukup serius.

Pendekatan terhadap mental illness
Menurut J.P.Chaplin pendekatan psikoterapi terhadap mental illnes, yaitu :
A. Biological
Meliputi keadaan mental organic, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
B.     Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk. Sekuel pasca-traumatic, kesedihan ynag terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran, dan respon emosisonal penuh stress yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu beribteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
C.     Sosiological
Meliputi kesukaran pada system dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatar belakangan kondisi sosio-budaya tertentu.
D.    Philosopic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar filsafatnya tetap ada yakni menghargai system nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

Bentuk-bentuk terapi

Berdasarkan tujuan dan pendekatan metodis, Wolberg membagi perawatan psikoterapi menjadi tiga (3) tipe, yaitu : Supportive, reeducative, dan reconstructive.

1. Penyembuhan Supportif (Supportive Therapy) adalah bentuk psikoterapi yang memberikan dukungan kepada pasien yang berada dalam keadaan krisis atau trauma psikologis yang mempunyai tujuan untuk :
            a.Memperkuat benteng pertahanan (harga diri atau kepribadian)
            b.Memperluas mekanisme pengarahan dan pengendalian emosi atau kepribadian
            c.Pengembalian pada penyesuaian diri yang seimbang.

Penyembuhan supportif ini dapat menggunakan beberapa metode dan  teknik pendekatan, diantaranya :
  • Bimbingan (Guidance)
  • Mengubah lingkungan (Environmental Manipulation)
  • Pengutaraan dan penyaluran arah minat
  • Tekanan dan pemaksaan
  • Penebalan perasaan (Desensitization)
  • Penyaluran emosional
  • Sugesti
  • Penyembuhan inspirasi berkelompok (Inspirational Group Therapy)
  • Ventilasi; member kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengungkapkan ke isi hatinya sehingga membuatnya lega.
Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian.
2. Penyembuhan Redukatif (Reeducative Therapy)
            Suatu metode pnyembuhan yang mempunyai bertujuan untuk mengusahakan penyesuaian kembali, perubahan atau modifikasi sasaran/tujuan hidup, dan untuk menghidupkan kembali potensi. Adapun metode yang dapat digunakan antara lain
            a. Penyembuhan sikap (attitude therapy)
            b. Wawancara (interview psychtherapy)
            c. Penyembuhan terarah (directive therapy)
            d. Psikodrama, dll

3.Penyembuhan Rekonstruktif (Reconstructive Therapy)
            Penyembuhan rekonstruktif mempunyai tujuan untuk menimbulkan pemahaman terhadap konflik yang tidak disadari agar terjadi perubahan struktur karakter dan untuk perluasan pertumbuhan kepribadian dengan mengembangkan potensi. Metode dan teknik pendekatannya antara lain :
            a. Psikoanalisis
            b. Pendekatan transaksional (transactional therapy)
            c. Penyembuhan analitik berkelompok bisa bersifat homogen atau heterogen.

          

Septia Nur Aini (16512924)







Referensi :
1.   Morrison, paul & Burnard, Philip .1997. Caring and Communicating : the interpersonal relationship in nursing, 2nd ed. New York : Palgrave
3.      Chaplin, J. P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Artikel 1 PENGERTIAN, TUJUAN DAN UNSUR PSIKOTERAPI


PENGERTIAN, TUJUAN DAN UNSUR PSIKOTERAPI
            Di era saat ini psikoterapi telah berkembang semakin baik. Psikoterapi banyak digunakan karena metodenya efektif dalam membantu memecahkan masalah pasien. Namun dalam masing-masing psikoterapi memiliki teknik yang berbeda sehingga pasien perlu memilih psikoterapi yang sesuai dengan masalahnya.
            Pengertian Psikoterapi adalah Interaksi yang sistematis antara terapis dengan pasien. Dimana terapis menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengubah tingkah laku, pikiran dan perasaan pasien agar lebih baik, membantu mengatasi tingkah laku pasien yang abnormal, dan membantu mencari penyelesaian masalah pada pasien sehingga dapat menjalani aktivitas dan berkembang menjadi individu yang lebih baik. Dari definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa (1). Interaksi sistematis; terapis menggunakan teknik atau cara komunikasi yang khusus dengan kata-kata yang beraturan, jelas, dapat dipahami dan tentunya tidak terlepas dari teoritis terapis. (2). Prinsip-prinsip psikologi; terapis menggunakan teori-teori psikologi serta menyusun interaksi terapeutik. (3). Tingkah laku, pikiran dan perasaan; dalam psikoterapi terapis biasanya berhadapan dengan masalah yang berpusat pada behavior, kognitif dan emosional. (4). Abnormal; tingkah laku abnormal yang biasanya diterapi seperti gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, schizophrenia, dan lain-lain. (5). Sedangkan untuk berkembang menjadi individu yang lebih baik; adalah tujuan yang diharapkan dapat terjadi setelah pasien di terapi.
            Dari pengertian diatas kita dapat melihat bahwa tujuan psikoterapi adalah memperbaiki fungsi psikologis pasien agar pasien dapat merasakan perasaan aman dan sejahtera, dapat menjalani aktivitas seperti biasanya dan berkembang menjadi individu yang lebih baik sehingga pasien dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kehidupannya. Dalam buku kesehatan mental 3, Yustinus (Huffman, et al., 1997) menguraikan lima tujuan utama dalam psikoterapi, yaitu :
  1. Pikiran-pikiran kalut, jika pasien mengalami pikiran-pikiran yang membuatnya stress, pola pikiran yang destruktif atau sulit mencari penyelesaian masalahnya sendiri. Terapis menggunakan interaksi yang baik dengan pasien untuk membimbing membuka ide-idenya dan membantu memberikan jalan penyelesaian masalah.
  2. Emosi-Emosi yang kalut, Dalam terapi biasanya pasien diberikan keleluasan untuk dapat mengungkapkan perasaanya yang tidak menyenangkan. Terapis membantu mereka menggantikan perasaan yang tidak menyenangkan tadi dengan perasaan percaya diri.
  3. Tingkah laku yang kalut, Seperti halnya emosi, terapis membantu pasien yang mengalami  masalah pada tingkah lakunya dengan menggantikannya ke tingkah laku yang normal agar dapat beraktivitas lebih efektif.
  4. Kesulitan-kesulitan antar pribadi dan situasi kehidupan, terapis membantu pasien memperbaiki hubungan pasien dengan keluarga, teman, dan orang-orang lainnya selain itu terapis juga membatu pasien memberikan teknik menghindari konflik dengan mereka.
  5. Gangguan-Gangguan Biomedis, untuk mengurangi masalah-masalah yang dialami pasien biasanya pertama kali pasien meminum obat namun kesulitan-kesulitan itu tak kunjung membaik. Biasanya berbeda terapis berbeda pula tekniknya, ada yang menggunakan teknik psikoanalisa dimana menitikberatkan pada pikiran tak sadar, kognitif menitikberatkan pada pola-pola pikiran, humanistic menitikberatkan pada respon-respon emosional negative atau behavior menitikberatkan pada perubahan tingkah laku. Namun semua teknik bertujuan untuk membantu pasien mencari cara penyelesaian masalahnya.
            Dalam buku saku psikiatri, Masserman (lihat karasu, 1984) terdapat tujuh parameter pengaruh dasar yang mencangkup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Diantaranya, peran sosial “martabat” psikoterapis, hubungan “persekutuan terapeutik” maksudnya melihat dasar masalah pada pasien yang terjadi sebelum memilih apa yang dilakukan, hak, retropeksi, re-eduksi, rehabilitasi, resosialisasi, dan rekapitulasi. Unsusr-unsur ini dapat dirubah sesuai dengan tujuan terapeutik, keadaan mental, dan kebutuhan pasien.  

Septia Nur Aini (16512924)

Referensi :
1.      dr. Maulany, R.F. 1997. Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC
2.      Drs. Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta : Kansius