Selasa, 15 April 2014

Stres dan Teori Mengenai Kepribadian Sehat Menurut Allport Dan Carl Rogers


Stres dan Teori Mengenai Kepribadian Sehat Menurut Allport Dan Carl Rogers
Kita sering menggunakan kata “stres” ketika sedang merasakan tekanan yang terlalu banyak dan tidak mampu kita kendalikan. Tak hanya orang dewasa yang merasakan stres. Menurut penelitian, bayi bahkan janin-pun juga bisa merasakan stress. "Stres merupakan hasil dari stimulus yang sangat besar. Tidak hanya orang dewasa, bayi pun juga bisa stres, bahkan sejak di dalam kandungan. Stres saat masih berada dalam kandungan tak terlepas dari stres yang dialami ibu," ujar Rini Hildayani, MSi, psikolog  anak dan dosen di Fakultas Psikologi UI.
Beberapa orang mengatakan, jika hidup tanpa stres maka akan terasa bosan dan mungkin akan merasa sia-sia. Padahal  ketika kita stres, mental dan fisik kita akan menjadi buruk. Sehingga kita mudah sakit bahkan bisa mengalami gangguan-gangguan psikologis.
Menurut (McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk, 1997), Stres adalah suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. Selain itu Suwondo (1996) juga mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representative dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.
Apa perbedaan “stresor dengan “stress”?. Stresor adalah stimulus penyebab terjadinya stress. Penyebab atau faktor stres bisa didasari karena internal ( keadaan fisik dan psikologis) dan eksternal ( lingkungan, situasi kerja, kehidupan sosial, dsb ).  Sedangkan stress, keadaan kita ketika sedang merasakan tekanan yang berasal dari stresor. Contoh : seseorang siswa yang akan menjalani ujian mengalami stress dikarenakan siswa tersebut belum mampu menguasai materinya (stresor). Sehingga ia mengalami ketegangan, kepanikan, serta kecemasan saat menjalani ujian.
Lalu apa itu coping ?. Coping berasal dari kata “Cope“ yang berarti lawan, mengatasi menurut Sarafino (dalam Smet 1994). Strategi coping sebagai suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola stres yang ada dengan cara tertentu. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Smet, 1994). Jadi, Coping adalah cara seseorang untuk menanggulangi stresnya dengan cara-cara tertentu menurut individu itu sendiri.  Menurut Sarafino (2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres.
Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif.

Berikut jenis-jenis strategi coping :

Para ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu, yaitu :  
(1). problem-solving focused coping, dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres; dan (2). emotion-focused coping, dimana individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
Aspek-aspek strategi coping menurut Folkman, dkk (1986):
1.Confrontive coping, mengubah situasi secara agresif dan adanya keberanian mengambil risiko.
2.Distancing, mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat harapan positif.
3.Self control, mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
4.Seeking social support, mencoba untuk memperoleh informasi atau dukungan secara emosional.
5.Accepting responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang dihadapi sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
6.Planful problem solving, memikirkan suatu rencana tindakan untuk mengubah dan memecahkan situasi.
7.Positive reappraisal, mencoba untuk membuat suatu arti positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan sifat yang religius.
Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Carl Rogers:
1.      Allport
Allport mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari system psikofisik seseorang yang menentukan prilaku dan pikiran dari orang tersebut. Dalam teorinya, allport menekankan motivasi. Menurutnya kepribadian yang sehat adalah kepribadian yang termotivasi oleh dirinya sendiri secara sadar, mengenal siapa dirinya ( kelemahan dan kelebihannya) dan menerima diri tersebut dengan apa adanya, mempunyai rasa sayang yang tinggi dengan orang lain, memiliki wawasan dan selera humor.
Menurut Allport sesungguhnya manusia itu mempunyai kemampuan untuk mengontrol dirinya sendiri karena manusia mempunyai motif. Allport tidak terlalu fokus dengan pengaruh social terhadap kepribadian manusia, Ia hanya fokus pada pengaruh dari diri manusia itu sendiri. Karena manusia unik dan menurutnya manusia mempunyai tempat sendiri dalam mengembangkan kepribadiannya. Yaitu, bagaimana cara manusia itu sendiri untuk bereaksi terhadap dorongan-dorongan luar yang bergantung pada dirinya.
Ketika manusia bisa bereaksi dengan cara yang baik terhadap pengaruh luar maka kepribadian manusia itu akan baik. Ketika manusia itu bisa memotivasi dirinya sendiri maka akan terbentuklah kepribadian itu, sehingga kepribadian yang sehat ditentukan oleh diri manusia itu sendiri.

2.      Carl Rogers
 Teori Carl Rogers menekankan aktualisasi diri pada manusia. Manusia mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh dan berkembang. Manusia dapat tumbuh dengan caranya sendiri menuju proses untuk menjadi berfungsi sepenuhnya. Carl Rogers menekankan akan kesadaran pada manusia. Bahwa manusia secara sadar memilihi sendiri cara untuk tindakannya.
Untuk dapat mengaktualisasikan diri, seseorang harus mengalami pengertian secara empati dan penerimaan positif yang tidak bersayarat dari orang lain yang jujur atau kongruen. Sama seperti halnya allport, rogers juga tidak memfokuskan pengaruh lingkungan terhadap kepribadian manusia. Baginya manusia memiliki kapasitas untuk memiliki dan mengarahkan diri sendiri di dalam diri kita. Sehingga apa yang kita arahkan terhadap diri kita sendiri dapat mempengaruhi kepribadian yang sehat atau tidak.  
Referensi :
Feist, J., Fiest, G. J. (2010). Theories Of Personality. 7th ed. Boston: Mc Graw Hill.