Stres dan Teori Mengenai Kepribadian
Sehat Menurut Allport Dan Carl Rogers
Kita sering menggunakan kata “stres”
ketika sedang merasakan tekanan yang terlalu banyak dan tidak mampu kita kendalikan.
Tak hanya orang dewasa yang merasakan stres. Menurut penelitian, bayi bahkan
janin-pun juga bisa merasakan stress. "Stres
merupakan hasil dari stimulus yang sangat besar. Tidak hanya orang dewasa, bayi
pun juga bisa stres, bahkan sejak di dalam kandungan. Stres saat masih berada
dalam kandungan tak terlepas dari stres yang dialami ibu," ujar Rini
Hildayani, MSi, psikolog anak dan dosen
di Fakultas Psikologi UI.
Beberapa orang mengatakan, jika hidup
tanpa stres maka akan terasa bosan dan mungkin akan merasa sia-sia. Padahal ketika kita stres, mental dan fisik kita akan menjadi
buruk. Sehingga kita mudah sakit bahkan bisa mengalami gangguan-gangguan
psikologis.
Menurut (McGrath, dan Wedford dalam
Arend dkk, 1997), Stres adalah suatu istilah yang digunakan dalam ilmu perilaku
dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi fisik, biologis dan
psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme itu sehingga ia
berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. Selain itu Suwondo (1996) juga
mendefinisikan stres sebagai suatu keadaan psikologik yang merupakan representative
dari transaksi khas dan problematika antara seseorang dengan lingkungannya.
Apa perbedaan “stresor dengan “stress”?.
Stresor adalah stimulus penyebab terjadinya stress. Penyebab atau faktor stres bisa
didasari karena internal ( keadaan fisik dan psikologis) dan eksternal (
lingkungan, situasi kerja, kehidupan sosial, dsb ). Sedangkan stress, keadaan kita ketika sedang
merasakan tekanan yang berasal dari stresor. Contoh : seseorang siswa yang akan
menjalani ujian mengalami stress dikarenakan siswa tersebut belum mampu
menguasai materinya (stresor). Sehingga ia mengalami ketegangan, kepanikan,
serta kecemasan saat menjalani ujian.
Lalu
apa itu coping ?. Coping berasal dari kata “Cope“ yang berarti
lawan, mengatasi menurut Sarafino (dalam Smet 1994). Strategi coping sebagai
suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola stres yang ada dengan cara
tertentu. Menurut Lazarus & Folkman (dalam Smet, 1994). Jadi, Coping adalah
cara seseorang untuk menanggulangi stresnya dengan cara-cara tertentu menurut
individu itu sendiri. Menurut Sarafino
(2006) usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada
solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres.
Individu
melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan,
secara perilaku dan kognitif.
Berikut
jenis-jenis strategi coping :
Para
ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh individu,
yaitu :
(1).
problem-solving focused coping, dimana individu
secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau
situasi yang menimbulkan stres; dan (2). emotion-focused coping, dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan.
Aspek-aspek
strategi coping menurut
Folkman, dkk (1986):
1.Confrontive
coping, mengubah situasi secara agresif dan adanya
keberanian mengambil risiko.
2.Distancing,
mengeluarkan
upaya kognitif untuk melepaskan diri dari masalah atau membuat harapan positif.
3.Self
control, mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau
tindakan dalam hubungannya untuk menyelesaikan masalah.
4.Seeking
social support, mencoba untuk memperoleh informasi
atau dukungan secara emosional.
5.Accepting
responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang
dihadapi sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
6.Planful
problem solving, memikirkan suatu rencana tindakan untuk
mengubah dan memecahkan situasi.
7.Positive
reappraisal, mencoba untuk membuat suatu arti
positif dari situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan
sifat yang religius.
Teori Kepribadian Sehat menurut Allport dan Carl
Rogers:
1.
Allport
Allport
mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi dinamis dari system psikofisik
seseorang yang menentukan prilaku dan pikiran dari orang tersebut. Dalam
teorinya, allport menekankan motivasi. Menurutnya kepribadian yang sehat adalah
kepribadian yang termotivasi oleh dirinya sendiri secara sadar, mengenal siapa
dirinya ( kelemahan dan kelebihannya) dan menerima diri tersebut dengan apa
adanya, mempunyai rasa sayang yang tinggi dengan orang lain, memiliki wawasan
dan selera humor.
Menurut
Allport sesungguhnya manusia itu mempunyai kemampuan untuk mengontrol dirinya
sendiri karena manusia mempunyai motif. Allport tidak terlalu fokus dengan
pengaruh social terhadap kepribadian manusia, Ia hanya fokus pada pengaruh dari
diri manusia itu sendiri. Karena manusia unik dan menurutnya manusia mempunyai
tempat sendiri dalam mengembangkan kepribadiannya. Yaitu, bagaimana cara
manusia itu sendiri untuk bereaksi terhadap dorongan-dorongan luar yang
bergantung pada dirinya.
Ketika
manusia bisa bereaksi dengan cara yang baik terhadap pengaruh luar maka
kepribadian manusia itu akan baik. Ketika manusia itu bisa memotivasi dirinya
sendiri maka akan terbentuklah kepribadian itu, sehingga kepribadian yang sehat
ditentukan oleh diri manusia itu sendiri.
2.
Carl Rogers
Teori Carl Rogers menekankan aktualisasi diri
pada manusia. Manusia mempunyai potensi yang besar untuk tumbuh dan berkembang.
Manusia dapat tumbuh dengan caranya sendiri menuju proses untuk menjadi
berfungsi sepenuhnya. Carl Rogers menekankan akan kesadaran pada manusia. Bahwa
manusia secara sadar memilihi sendiri cara untuk tindakannya.
Untuk dapat
mengaktualisasikan diri, seseorang harus mengalami pengertian secara empati dan
penerimaan positif yang tidak bersayarat dari orang lain yang jujur atau kongruen.
Sama seperti halnya allport, rogers juga tidak memfokuskan pengaruh lingkungan
terhadap kepribadian manusia. Baginya manusia memiliki kapasitas untuk memiliki
dan mengarahkan diri sendiri di dalam diri kita. Sehingga apa yang kita arahkan
terhadap diri kita sendiri dapat mempengaruhi kepribadian yang sehat atau tidak.
Referensi :
Feist, J.,
Fiest, G. J. (2010). Theories Of Personality. 7th ed. Boston: Mc
Graw Hill.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar