Judul :
playing “God”
Penulis :
Rully Roesli
Penerbit :
Qanita
Cetakan :
1 Jnuari 2012
Tebal :
198 hlm
Salah
satu pengalaman menarik, yang tentunya hampir dirasakan oleh semua dokter.
Dituangkan oleh Rully Roesli dalam buku berjudul ”PLAYING GOD”. Buku yang
menurut saya sangat memberikan inspiratif. Rully Roesli yang berprofesi sebagai
seorang dokter ahli ginjal mempunyai pengalaman yang menarik yang harus
membuatnya bertindak seolah “Tuhan”. Yakni menentukan siapa yang hidup, dan
siapa yang mati.
“Sebenarnya,
apakah kita berhak menjalankan peran tuhan ?”. Itulah pertanyaan dokter Rully
yang terbesit dipikirannya dalam menghadapi kisah-kisahnya, yaa setiap kali ia
harus mengambil suatu keputusan sendiri untuk menentukan hidup dan mati
seseorang setiap hari jumat. Layaknya “ Playing god “ di Rumah Sakit Khusus
Ginjal R.A. Habibie. Dimana ia harus menentukan siapa pasien yang akan
mendapatkan pembebasan biaya cuci darah dan siapa yang tidak dibantu, dengan
resiko sakitnya lebih parah atau meninggal.
Dalam
buku ini, yang pertama ia tuangkan adalah kisah Ibunya yang sangat inspiratif
baginya. Ibunya adalah seorang dokter lulusan
GH ( Geneeskunde Hogeschool) pada zaman penjajahan Belanda. Sedangkan ayahnya
adalah tentara yang harus bergerilya di hutan-hutan melawan penjajah jepang. Baginya
nasehat-nasehat ibu sangat menyentuh hati dan menjadikannya pegangan ketika ia
menjadi dokter. Satu nasehat pada saat ia lulus menjadi dokter adalah: “ jadilah dokter yang baik, jangan jadikan
harta sebagai tujuanmu. Jika kamu menjadi dokter yang baik, pasien akan
mencarimu dan harta akan menghampirimu dengan sendirinya.
Dalam perjalanannya
menjadi seorang dokter ginjal, dr.Rully Roesli diharuskan membuat sebuah
keputusan yang menentukan langsung pada hidup dan mati seseorang.
“setiap jumat, aku dan para staff
rapat untuk menentukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan biaya cuci
darah. Seperti gladiator di Roma, kami menentukan hidup dan mati pasien. Yang
paling banyak mendapat suaralah yang akan mendapat bantuan. Bila tidak ? dia
mungkin akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan”. Inilah
yang disebutnya dengan playing “God”.
Ia harus bertindak seolah-olah “Tuhan”, yakni menentukan siapa yang hidup dan
siapa yang mati.
Banyak
sekali kisah pengalaman pribadinya yang ia tuangkan dalam buku palying”God”
ini, kiasahnya dalam membuat keputusan dan juga kegelisahannnya menjadi dokter.
Selain itu, dalam buku ini juga dapat memberikan wawasan kita terhadap dunia
kedokteran yaitu tentang Euthanasia.
Euthanasia itu adalah membiarkan seorang pasien meninggal dengan sengaja.
Dalam ilmu kedokteran, Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia
(atau hewan) dengan cara yang baik. Tepatnya, cara yang dianggapnya terhormat (death with dignity), tidak menyakitkan
sama sekali atau menimbulkan rasa sakit sedikit saja. Selain pengertian diatas,
dalam buku ini penulis juga memberikan secara lebih luas tentang euthanasia serta kasus-kasusnya.
Dalam
kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini, penulis juga selalu menyelipkan nilai-nilai
religi dalam kisahnya. Dalam kisahnya berjudul Apakah “keajaiban”itu ada?,
beliau sangat menyadari bahwa baginya tuhan adalah mahakuasa, ia adalah sang
penyembuh. Doa kepada tuhan sangat berpengaruh terhadap kesembuhan dan hal itu
adalah milik semua agama. Selain itu dalam judul ini terdapat bukti-bukti
ilmiah manfaat doa terhadap penyembuhan.
Bagiku
buku playing “god” yang ditulis oleh dr. Rully Roesli ini sangat inspiratif ,
sangat memberikan banyak wawasan dan juga renungan. Bagi saya, buku ini juga
mengajarkan bahwa berprofesi menjadi seorang dokter adalah tanggung jawab yang
berat. Jika profesi ini dijalankan atau ber-playing “god” dengan dasar kasih insyaallah akan berpengaruh baik
terhadap orang lain, dan tak lepas bahwa Tuhan adalah segalanya. Sekalipun kita
memutuskan, Tuhan yang mempunyai kewenangan lebih besar dalam menentukan hidup
dan mati hambanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar