Jumat, 24 Januari 2014

RESENSI




Judul               : playing “God”
Penulis            : Rully Roesli
Penerbit          : Qanita
Cetakan           : 1 Jnuari 2012
Tebal               : 198 hlm
Salah satu pengalaman menarik, yang tentunya hampir dirasakan oleh semua dokter. Dituangkan oleh Rully Roesli dalam buku berjudul ”PLAYING GOD”. Buku yang menurut saya sangat memberikan inspiratif. Rully Roesli yang berprofesi sebagai seorang dokter ahli ginjal mempunyai pengalaman yang menarik yang harus membuatnya bertindak seolah “Tuhan”. Yakni menentukan siapa yang hidup, dan siapa yang mati.
“Sebenarnya, apakah kita berhak menjalankan peran tuhan ?”. Itulah pertanyaan dokter Rully yang terbesit dipikirannya dalam menghadapi kisah-kisahnya, yaa setiap kali ia harus mengambil suatu keputusan sendiri untuk menentukan hidup dan mati seseorang setiap hari jumat. Layaknya “ Playing god “ di Rumah Sakit Khusus Ginjal R.A. Habibie. Dimana ia harus menentukan siapa pasien yang akan mendapatkan pembebasan biaya cuci darah dan siapa yang tidak dibantu, dengan resiko sakitnya lebih parah atau meninggal.
Dalam buku ini, yang pertama ia tuangkan adalah kisah Ibunya yang sangat inspiratif baginya. Ibunya adalah seorang dokter  lulusan GH ( Geneeskunde Hogeschool) pada zaman penjajahan Belanda. Sedangkan ayahnya adalah tentara yang harus bergerilya di hutan-hutan melawan penjajah jepang. Baginya nasehat-nasehat ibu sangat menyentuh hati dan menjadikannya pegangan ketika ia menjadi dokter. Satu nasehat pada saat ia lulus menjadi dokter adalah: “ jadilah dokter yang baik, jangan jadikan harta sebagai tujuanmu. Jika kamu menjadi dokter yang baik, pasien akan mencarimu dan harta akan menghampirimu dengan sendirinya.
Dalam perjalanannya menjadi seorang dokter ginjal, dr.Rully Roesli diharuskan membuat sebuah keputusan yang menentukan langsung pada hidup dan mati seseorang.
“setiap jumat, aku dan para staff rapat untuk menentukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan biaya cuci darah. Seperti gladiator di Roma, kami menentukan hidup dan mati pasien. Yang paling banyak mendapat suaralah yang akan mendapat bantuan. Bila tidak ? dia mungkin akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan”. Inilah yang disebutnya dengan playing “God”. Ia harus bertindak seolah-olah “Tuhan”, yakni menentukan siapa yang hidup dan siapa yang mati.
Banyak sekali kisah pengalaman pribadinya yang ia tuangkan dalam buku palying”God” ini, kiasahnya dalam membuat keputusan dan juga kegelisahannnya menjadi dokter. Selain itu, dalam buku ini juga dapat memberikan wawasan kita terhadap dunia kedokteran yaitu tentang Euthanasia. Euthanasia itu adalah membiarkan seorang pasien meninggal dengan sengaja. Dalam ilmu kedokteran, Euthanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia (atau hewan) dengan cara yang baik. Tepatnya, cara yang dianggapnya terhormat (death with dignity), tidak menyakitkan sama sekali atau menimbulkan rasa sakit sedikit saja. Selain pengertian diatas, dalam buku ini penulis juga memberikan secara lebih  luas tentang euthanasia serta kasus-kasusnya.
Dalam kisah-kisah yang terdapat dalam buku ini, penulis juga selalu menyelipkan nilai-nilai religi dalam kisahnya. Dalam kisahnya berjudul Apakah “keajaiban”itu ada?, beliau sangat menyadari bahwa baginya tuhan adalah mahakuasa, ia adalah sang penyembuh. Doa kepada tuhan sangat berpengaruh terhadap kesembuhan dan hal itu adalah milik semua agama. Selain itu dalam judul ini terdapat bukti-bukti ilmiah manfaat doa terhadap penyembuhan.
Bagiku buku playing “god” yang ditulis oleh dr. Rully Roesli ini sangat inspiratif , sangat memberikan banyak wawasan dan juga renungan. Bagi saya, buku ini juga mengajarkan bahwa berprofesi menjadi seorang dokter adalah tanggung jawab yang berat. Jika profesi ini dijalankan atau ber-playing “god” dengan dasar kasih insyaallah akan berpengaruh baik terhadap orang lain, dan tak lepas bahwa Tuhan adalah segalanya. Sekalipun kita memutuskan, Tuhan yang mempunyai kewenangan lebih besar dalam menentukan hidup dan mati hambanya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar