PENGERTIAN,
TUJUAN DAN UNSUR PSIKOTERAPI
Di era saat ini psikoterapi telah
berkembang semakin baik. Psikoterapi banyak digunakan karena metodenya efektif
dalam membantu memecahkan masalah pasien. Namun dalam masing-masing psikoterapi
memiliki teknik yang berbeda sehingga pasien perlu memilih psikoterapi yang
sesuai dengan masalahnya.
Pengertian Psikoterapi adalah Interaksi
yang sistematis antara terapis dengan pasien. Dimana terapis
menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengubah tingkah laku, pikiran dan
perasaan pasien agar lebih baik, membantu mengatasi tingkah laku pasien
yang abnormal,
dan membantu mencari penyelesaian masalah pada pasien sehingga dapat menjalani
aktivitas dan berkembang menjadi individu yang lebih baik. Dari definisi
tersebut dapat dijelaskan bahwa (1). Interaksi sistematis; terapis menggunakan
teknik atau cara komunikasi yang khusus dengan kata-kata yang beraturan, jelas,
dapat dipahami dan tentunya tidak terlepas dari teoritis terapis. (2).
Prinsip-prinsip psikologi; terapis menggunakan teori-teori psikologi serta
menyusun interaksi terapeutik. (3). Tingkah laku, pikiran dan perasaan; dalam
psikoterapi terapis biasanya berhadapan dengan masalah yang berpusat pada behavior,
kognitif dan emosional. (4). Abnormal; tingkah laku
abnormal yang biasanya diterapi seperti gangguan suasana hati, gangguan
kecemasan, schizophrenia, dan lain-lain. (5). Sedangkan untuk berkembang menjadi
individu yang lebih baik; adalah tujuan yang diharapkan dapat terjadi setelah
pasien di terapi.
Dari pengertian diatas kita dapat
melihat bahwa tujuan psikoterapi adalah memperbaiki fungsi psikologis pasien
agar pasien dapat merasakan perasaan aman dan sejahtera, dapat menjalani
aktivitas seperti biasanya dan berkembang menjadi individu yang lebih baik
sehingga pasien dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan kehidupannya.
Dalam buku kesehatan mental 3, Yustinus (Huffman, et al., 1997) menguraikan lima tujuan utama dalam psikoterapi,
yaitu :
- Pikiran-pikiran kalut, jika pasien mengalami pikiran-pikiran yang membuatnya stress, pola pikiran yang destruktif atau sulit mencari penyelesaian masalahnya sendiri. Terapis menggunakan interaksi yang baik dengan pasien untuk membimbing membuka ide-idenya dan membantu memberikan jalan penyelesaian masalah.
- Emosi-Emosi yang kalut, Dalam terapi biasanya pasien diberikan keleluasan untuk dapat mengungkapkan perasaanya yang tidak menyenangkan. Terapis membantu mereka menggantikan perasaan yang tidak menyenangkan tadi dengan perasaan percaya diri.
- Tingkah laku yang kalut, Seperti halnya emosi, terapis membantu pasien yang mengalami masalah pada tingkah lakunya dengan menggantikannya ke tingkah laku yang normal agar dapat beraktivitas lebih efektif.
- Kesulitan-kesulitan antar pribadi dan situasi kehidupan, terapis membantu pasien memperbaiki hubungan pasien dengan keluarga, teman, dan orang-orang lainnya selain itu terapis juga membatu pasien memberikan teknik menghindari konflik dengan mereka.
- Gangguan-Gangguan Biomedis, untuk mengurangi masalah-masalah yang dialami pasien biasanya pertama kali pasien meminum obat namun kesulitan-kesulitan itu tak kunjung membaik. Biasanya berbeda terapis berbeda pula tekniknya, ada yang menggunakan teknik psikoanalisa dimana menitikberatkan pada pikiran tak sadar, kognitif menitikberatkan pada pola-pola pikiran, humanistic menitikberatkan pada respon-respon emosional negative atau behavior menitikberatkan pada perubahan tingkah laku. Namun semua teknik bertujuan untuk membantu pasien mencari cara penyelesaian masalahnya.
Dalam buku saku psikiatri, Masserman
(lihat karasu, 1984) terdapat tujuh parameter pengaruh dasar yang mencangkup unsur-unsur
lazim pada semua jenis psikoterapi. Diantaranya, peran sosial “martabat”
psikoterapis, hubungan “persekutuan terapeutik” maksudnya melihat dasar masalah
pada pasien yang terjadi sebelum memilih apa yang dilakukan, hak, retropeksi,
re-eduksi, rehabilitasi, resosialisasi, dan rekapitulasi. Unsusr-unsur ini
dapat dirubah sesuai dengan tujuan terapeutik, keadaan mental, dan kebutuhan
pasien.
Septia Nur Aini (16512924)
Referensi :
1. dr.
Maulany, R.F. 1997. Buku Saku Psikiatri.
Jakarta : EGC
2. Drs.
Semiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental
3. Yogyakarta : Kansius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar